Sabtu, 13 September 2014
Jumat, 12 September 2014
Rabu, 10 September 2014
Umpan Hidup Untuk Ikan Mas
By Unknown at 09.46
No comments
Umpan hidup atau alami yang khusus untuk ikan mas adalah makanan alaminya di habitat aslinya bukan pada saat pembudidayaan. Kegemarannya mengaduk lumpur pada dasar air adalah untuk mencari biota hidup yang jadi makanannya. Umpan hidup yang baik untuk dipakai adalah yang masih hidup sedang untuk umpan alami berasal dari umpan hidup atau makanan alami lainnya yang digunakan pada saat masih hidup ataupun mati namun hanya murni umpan alami itu saja, misalnya udang yang telah dikupas kulitnya.
Umpan alami ikan mas meliputi hewan dan tumbuhan. Diantaranya yang disukai contohnya adalah jenis lumut (algae), beberapa jenis cacing, udang kecil, ikan-ikan kecil sebangsa cere, keong yang menempel pada tumbuhan air, sejenis kerang air tawar, larva serangga maupun serangga itu sendiri. Beberapa serangga terbang dan melata yang terkadang jatuh pula ke air yakni ulat bambu, uter, ulat daun pisang, lebah, larva lebah dan larva semut (semut rangrang) di sebut kroto. Penyajian umpan hidup diusahakan mengikuti bentuk umpan namun dikaitkan pada mata kail secara benar agar umpan tersebut dapat hidup lama di dalam air. Penempatannya bisa di permukaan, di tengah dan di dasar air.
Beberapa umpan hidup yang efektif untuk memancing ikan mas adalah cacing merah, cacing sawah (lur)dan kroto. Pemasangan cacing pada mata kail sangatlah mudah, pegang cacing dengan jari kiri lalu dengan tangan kanan tusukkan cacing pada badannya dekat kepala (anggap cacing mempunyai kepala dan ekor) ikuti bentuk kail dan keluarkan ujung mata kail pada badan dekat ekornya sehingga tampak seekor cacing menjuntai di kail anda. Bila terlalu panjang cacing dapat dipotong terlebih dahulu. Untuk kroto, carilah larva putih yang sudah berbentuk semut (yang berbentuk beras dicampurkan ke umpan buatan) untuk satu kail bisa 2 atau 3 ekor sekaligus. Tancapkan kail sampai tembus pada bagian dadanya. Kroto atau larva semut ini jangan dipegang terlalu keras karena jika terpencet cairannya akan keluar sehingga bentuk semut akan kempes seperti potongan plastik dan jadi tidak berguna lagi.
(docstoc)
Tips Memilih Joran (Rod)
By Unknown at 09.29
No comments
Joran merupakan salahsatu piranti utama yang digunakan dalam kegiatan memancing. Dalam memilih joran yang akan digunakan untuk trip mancing anda pun tidak bisa sembarangan. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti: joran patah, kurang pas untuk teknik mancing yang anda gunakan, tidak nyaman dipakai, maka perlu adanya pengetahuan yang lebih luas dalam memilih joran sebelum anda pergi memancing. Berikut ini beberapa hal perlu diperhatikan dan tips dalam memilih joran yang mungkin bisa membantu dan menambah wawasan anda dalam menentukan joran pancing yang anda pilih.
Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam pemilihan joran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum anda memutuskan untuk membeli sebuah joran pancing, yaitu:
1. Berat Joran
Berat joran ini juga mesti jadi perhatian kita. Joran fiberglass itu kuat, tapi cukup berat, sedang joran carbon itu ringan tapi lebih mudah patah dibandingkan dengan joran fiberglass. Tapi untuk teknik casting sebaiknya memilih joran yang ringan agar tidak membuat kita mudah lelah.
2. Handle / Grip
Handle ini pada dasarnya ada 3 jenis, yaitu handle pendek, medium dan panjang. Joran yang pendek ini, biasanya dipakai untuk single-hand casting (casting dengan 1 tangan), dan yang panjang untuk double-hand casting (casting dengan 2 tangan). Sedang yang medium, biasanya untuk single-hand casting tapi posisi ujung joran yang lebih panjang ini akan membantu kita menahan beban joran, terutama saat fight dengan ikan. Selain itu, pada handle ini terdapat apa yang disebut dengan “reel sheet” alias dudukan reel. Kita harus tahu dulu, reel apa yang akan kita pakai. Kalau kita mau pakai Spinning Reel, joran juga harus disesuaikan, demikian juga kalau kita mau pakai bait reel.
3. One piece rod / Joran casting
Joran casting terbaik, sebenarnya adalah joran yang cuma 1 batang saja, alias tidak sambungan. Tapi, untuk joran panjang lebih dari 1,8 meter, agak sulit rasanya kalau kita memaksa memakai yang “one piece” itu. Nah, untuk joran panjang, akan lebih baik kalau kita memilih yang 2 pieces untuk panjang joran sekitar 3 m, atau 3 pieces untuk joran yang lebih panjang lagi.
4. Fast Tapper, Slow Tapper
Joran itu secara garis besar ada type yang Fast Tapper dan juga Slow Tapper. Isitilah tapper ini seperti kecepatan action di joran dalam merespon gerakan kita saat kita menghentak joran pada waktu “hit” atau lure disambar ikan. Joran fast tapper ini cenderung keras di bagian pangkal sampai ke bagian tengah joran, baru agak lemas/lentur di ujungnya, sedang yang slow tappercenderung lentur mulai dari ujung joran dekat handle/grip. Joran fast tapper cenderung lebih mudah dipakai, karena dengan joran ini kita bisa casting lebih jauh dan respon joran saat kita gentak juga cukup cepat.
Tips
Ada beberapa tips yang bisa anda terapkan dalam memilih joran ketika anda hendak memancing, antara lain:
1. Tentukan dimana lokasi anda akan memancing, menentukan pilihan joran pancing. Jika anda akan memancing di laut, lebih baiknya anda memilih joran yang biasa tergabung dengan reel didalamnya. Bisa yang include atau bisa anda cari secara terpisah. Mengapa? karena lokasi laut membutuhkan senar (benang pancing) yang panjang. Jadi anda perlu tempat untuk senar (benang pancing) anda. Di sisi lain, sifat ikan yang perlu fight untuk mengangkat ke permukaan. Bayangkan jika senar (benang pancing) anda panjangnya hanya sebatas panjang joran anda?
2. Pilihlah jenis joran batangan jika lokasi memancing ada di sungai-sungai dangkal, kolam pancing, maupun di tepi-tepi danau. Hal ini untuk memudahkan anda dalam menghandle joran pancing. Tidak ada aturan memang untuk menggunakan jenis joran ini di tempat-tempat tersebut. Namun, banyak pendapat dari pemancing yang enjoy/lebih senang menggunakan jenis joran batangan ini. Kembali ke kenyamanan anda masing-masing. Untuk memancing di kolam pancing biasanya orang memilih joran / stick yang sangat lentur sehingga ketika ikan memakan umpan kita dengan gampang membetot / menyentakan pancingan dengan ringan sehingga mulut ikan sobet dan kail tercantel dengan kuat.
3. Jika memilih joran dengan tempat senar (benang pancing) sebagai jalanya benang pancing dari reel, pilihlah yang mempunyai dasar berlapis keramik. Mengapa? karena jika terjadi gesekan pada saat terjadi Fight, kemungkinan tali pancing (senar) putus akan berkurang. Lain halnya jika anda memilih cincin tali pancing yang berdasar besi atau logam-logam lain yang mudah berkarat. Hal ini bisa membuat tali pancing anda putus karena gesekan yang terjadi.
Ada 2 jenis reel yang bisa Anda gunakan:
a). Spinning Reel
Kelebihannya adalah bisa dengan cepat menggulung kenur, jarang terjadi trouble dengan kenur seperti “lash-back”, cukup mudah casting jauh meski lurenya ringan. Kekurangannya adalah kalau kenur tidak kencang maka akan mudah keluar dari spool semaunya sendiri, resiko ruwet besar, tidak terlalu mampu menahan beban berat.
b). Bait Reel
Kelebihannya adalah lebih kuat saat kita menggulung benang / fight dengan ikan, kenur tidak mudah melintir. Intinya, reel ini kuat dalam hal menahan beban. Kekurangannya adalah reel ini menggulung kenur dengan lebih lambat dibanding dengan spinning reel, kalau lurenya ringan agak sulit casting jarak jauh, ada resiko “lash-back” alias, kenur menggulung terbalik di spoolnya.
4. Diameter dari joran juga tidak kalah pentingnya dalam penentuan ini. Karena joran dengan diameter besar, sangat tidak nyaman di pegangan ketika tangan sang pemancing lebih kecil. Hal tersebut juga perlu anda perhatikan dalam lokasi mancing anda. Jangan memilih joran dengan diameter kecil (untuk anak anda) jika lokasi memancing anda adalah di lautan dengan target ikan-ikan besar.
Tips Merawat Joran Tegek
By Unknown at 09.23
No comments
Tips Merawat Joran Tegek
1. Perkuatan pada ujung ruas
Masalah perkuatan pada ujung ruas (wrapping) sudah pernah dibahas ini mutlak dilakukan untuk joran tegek, yang mana setiap ujung masing-masing ruas belum ada perkuatan. Pada umumnya tegek sudah diberi penebalan disetiap ujung ruas tapi itu tidak mencukupi, beberapa kali saya melihat tegek yang lolos karena ruas bawahnya pecah akibat belum diikat. Sehingga cuma meninggalkan bonggolnya.
2. Kebersihan sewaktu memancing
Masalah kebersihan adalah salah satu penyumbang terbesar rusaknya tegek. Mungkin rekan-rekan sudah mengetahui bahwa satu butir pasir yang terjepit diantar ruas-ruas tegek akan menjadi penyebab tegek pecah. Pasir yang halus (apalagi kwarsa yang berbentuk seperti kaca) akan mengiris permukaan tegek dengan mudahnya begitu terjepit antara ruas-ruas tegek waktu memasukkan atau mengeluarkan ruas-ruas tegek, hal ini sering terjadi pada angler yang suka memendekkan ruas joran waktu mengganti umpan. Jangan sekali-kali meletakkan diatas permukaan pasir karena sudah dipastikan butiran pasir akan lengket dipermukaan tegek dan beresiko membuat goresan pada tegek. Begitu juga sisa-sisa nasi lumat pada joran secara akumulatif membuat penebalan pada ruas joran.
3. Biasakan meng-set joran dalam keadaan penuh (full) sewaktu setting
Seperti yang telah diuraikan di atas kebiasaan memanjangkan dan memendekkan joran pada waktu menset umpan, melepaskan ikan dari pancingan memperbesar kemungkinan rusaknya tegek. Selain pasir, sisa kenur yang tertinggal diantara ruas tegek akan membuat joran meledak jika dipaksakan membuka ruas. Hal ini benar-benar pernah terjadi. Memanjangkan dan menutup joran juga akan menyebabkan bagian bawah masing-masing ruas menjadi aus bahkan pecah. Bahkan penutup bawah joran dapat jebol.
4. Membuka masing–masing ruas sewaktu membersihkan joran
Hal ini adalah yang paling membosankan, biasanya sewaktu pulang hanya ada beberapa angler yang membersihkan joran setelah dipakai. Kebanyakan begitu pulang joran lansung digeletakin. Membuka masing2 ruas dan membersihkan joran dengan air sabun adalah hal yang sangat tepat dilakukan kalau joran mau awet. Begitu juga jangan memasukkan masing-masing ruas dalam keadaan basah karena air yang tertinggal didalamnya tidak akan kering bahkan dalam waktu berbulan-bulan. Jadi waktu mengeringkannya biarkan dalam keadaan terbuka. Ada sejenis jamur yang bisa tumbuh dan menimbulkan gatal jika bersentuhan dengan kulit.
5. Membuat sekat karet pada alas tutup joran bagian dalam
Kelihatan sangat sederhana, tapi sangat bermanfaat sekali. Potonglah bekas sandal jepit atau busa keras sesuai dengan diameter dalam bagian joran terbawah (kalau bisa ngepas dan agak sempit) sebelum memasang tutup joran. Hal ini akan mencegah masuknya pasir sewaktu mancing dan menghindari benturan langsung antara ruas joran dan tutup joran (yang tebuat dari Plastic atau Alumunium), sehingga resiko pecahnya tutup joran dengan ruas masing terbawah yang mengakibatkan tutup nya pecah atau sebaliknya dapat dihindarkan.
6. Tutup karet untuk proteksi tutup joran terbawah
Tutup plastik joran yang asli kebanyakan hilang karena kelalaian masing-masing angler, biasanya aus atau pecah dan lama-lama hilang. Oleh karena itu saya membiasakan memasang cover karet yang diperuntukkan untuk alas kursi, sehingga tutup aslinya terlindungi dan terjaga. Sehingga waktu me-neger (mensetting joran dengan menjepitkan pangkal joran diantara batu) tutup asli joran tetap terproteksi. Dan sifat karet lebih menggigit daripada tutup asli yang terbuat dari plastik atau alumunium.
Demikianlah uraian singkat saya mudah-mudahan dapat menjadi masukan buat rekan-rekan yang lain
(Budiman – Fishyforum)
Teknik Mancing Surf Casting
By Unknown at 09.17
No comments
Surf Casting adalah teknik mancing yang dilakukan dari pinggir pantai, teknik dasarnya hampir sama dengan teknik mancing casting yaitu melemparkan umpan sejauh-jauhnya hanya saja pada teknik ini umpan dibiarkan mendarat dan tinggal di tempat umpan tersebut jatuh. Di Indonesia teknik mancing seperti ini lebih dikenal dengan sebutan mancing pasiran.
PERALATAN SURF CASTING
1. Reel
Reel yang biasa dipakai untuk Surf Casting adalah reel spinning dengan ukuran diatas 4000. Ciri-cirinya adalah memiliki bentuk spool yang panjang dan dangkal, dan juga memiliki system wormshaft agar gulungan senar bisa tertata rapi di spool.
2. Joran
Pada umumnya joran yang digunakan adalah jenis joran antena/teleskopik dengan panjang 3m-5m. kelebihan joran teleskopik ini adalah mudah dibawa-bawa karena joran teleskopik bisa diulur menjadi panjang atau dipendekan.
3. Senar
Monofilament yang memiliki diameter antara 0.30-0.40mm, sedangkan untuk ukuran leader yang dipakai harus diatas ukuran monofilament linenya.
4. Timah (pemberat)
Berat timah yang digunakan biasanya antara 80gr-100gr. Tujuan penggunaan timah ini adalah untuk menjaga agar umpan tidak bergerak kesana kemari terbawa ombak.
5. Umpan
Pada umumnya umpan yang digunakan adalah irisan ikan, cacing laut atau kerang-kerang yang ditemukan di pesisir pantai. Menurut para sebagian pencinta Surf casting di Yogya pemakaian umpan disesuaikan dengan target untuk ikan gatho menggunakan undur-undur, ikan bojor dan ikan garon menggunakan udang kupas, untuk ikan pari menggunakan serni yaitu semacam belut laut, kepiting pantai yang dipotong kakinya juga bisa dijadikan umpan untuk ikan caru. Cacing lur target bisa bermacam-macam ikan, bojor, ikan megan, ikan taking, ikan caru, surung, garon, singgreng, ekor kuning, dll. Selamat mencoba
Tips Memilih Reel
By Unknown at 09.06
No comments
Reel atau penggulung senar merupakan salah satu bagian penting dari perlengkapan memancing yang juga harus diperhatikan penggunaannya. Fungsi Reel adalah memudahkan pemancing menarik ikan atau melempar umpan. Selain teknik apa yang akan digunakan saat memancing, hal lain yang juga harus diperhatikan dalam memilih reel adalah ukurannya. Bagaimana dan apa yang harus diperhatikan dalam memilih reel pancing? Berikut ini beberapa tips yang dapat diterapkan dalam memilih reel pancing, antara lain:
Memperhatikan Kualitas Drag System Reel Pancing
Sistem drag pada spinning reel adalah salah satu aspek yang paling penting dari reel itu sendiri. Drag bertanggung jawab untuk memberi tekanan kepada ikan yang terpancing dan membiarkan senar keluar selama pertempuran. Tanpa drag halus berkualitas tinggi risiko senar putus dan kehilangan ikan selalu menjadi kemungkinan tertinggi. Selalu pastikan bahwa reel yang akan anda beli memiliki drag yang mulus, non-konstriktif. Senar harus tertarik keluar dengan mantap dan tanpa ragu-ragu pada keketatan yang anda set.
Ada dua jenis sistem drag tersedia pada spinning reel: drag depan dan belakang. Ini pada dasarnya merupakan lokasi kontrol drag, meskipun ada sejumlah perbedaan antara keduanya. Front sistem drag fitur umumnya lebih besar, dengan beberapa drag washer yang menawarkan peningkatan daya tahan dan kinerja dibandingkan dengan model drag belakang. Rear drag lebih mudah dikontrol untuk mengakses (terutama ketika pertempuran dengan ikan) namun tidak terlalu bagus untuk spesies ikan besar, tergantung kondisi target pemancing.
Untuk popping gunakan drag tinggi di atas 10 kg. Hal ini untuk mencegah ikan masuk ke dalam karang, di mana spot-spot popping yang akan kita jumpai biasanya merupakan karang atau batu mandi, baik di tengah laut maupun pinggiran pantai.
Memilih Ukuran / Size Untuk Reel Pancing
Memilih ukuran yang benar dari reel bisa menjadi membingungkan. Untuk sebagian besar aplikasi, sepuluh pound test line harus menjadi kekuatan dan ketebalan tertinggi yang ditaruh dalam spinning reel (ini tidak berlaku untuk ikan air asin atau skenario trolling berat). Semakin kecil line yang akan dipakai, semakin kecil reel yang akan digunakan. Pastikan bahwa reel yang akan Anda beli disamakan ratingnya dengan pound-test senar yang ingin Anda gunakan. (Informasi ini dapat ditemukan pada spool reel itu sendiri)
Misalkan untuk reel Shimano :
· Untuk lightcasting bisa memilih dari ukuran 1000-4000 tergantung dari line yang akan dipakai.
· Untuk surfcasting atau mancing di pinggir pantai bisa mulai dari ukuran 5000-8000 bahkan 10000 tergantung dari line yang akan dipakai. Juga ada spek yang khusus untuk surfcasting dengan ciri spool yang dangkal dan lebar.
· Untuk light popping, jigging dan mancing dasar di laut bisa memilih ukuran 6000 sampai 10000.
· Untuk heavy jigging dan popping gunakan kelas 12000-20000 tergantung kebutuhan.
Perbandingan Gear Ratio Reel Pancing
Gear rasio mengacu pada berapa banyak putaran lengkap pada spool untuk membuat dengan tepat satu putaran handle. Sebuah contoh dari rasio roda gigi akan 3:1 – spool berputar tiga kali untuk setiap kali Anda memutar pegangan.
Ini dianggap putaran reel yang lambat krn tidak banyak senar yang diambil selama proses pemutaran. Manfaatnya adalah bahwa gulungan memberikan torsi lebih untuk mancing ikan besar. Sebuah rasio 6:1 dianggap kecepatan tinggi. Tergantung pada gaya memancing Anda, high, slow atau medium speed rate yang diperlukan.
Jika Anda hanya dapat memilih satu reel spinning, cobalah untuk memilih model kecepatan sedang (4 – 4.5:1). Namun, jika Anda mampu beli lebih dari satu reel, pilihlah yang high speed dan slow speed untuk mengcover semua keadaan. Untuk jigging dan mancing dasar biasanya menggunakan rasio di bawah 4,9:1 untuk popping dan casting gunakan rasio 5,0:1 ke atas.
Tipe Reel Pancing Yang Perlu Diketahui
Beberapa type reel menuliskan angka-angka 1000, 2000, 3000 hingga 20000 yang berarti kelas dari reel tersebut. Angka 1000 mengartikan bahwa reel tersebut berada pada kelas 1000gram/1 Kg dengan demikian drag maksimum yang dimiliki reel tersebut adalah 1 kg meskipun tidak semua reel demikian.
Drag adalah kemampuan reel menahan tarikan dari ikan, jika tarikan ikan melebihi drag maka spool reel akan berputar balik dan senar akan terulur keluar, sebaiknya jangan menyeting Drag sampai mati atau maksimal karena bisa merusak gear di dalam reel atau malah anda yang akan tercebur ke laut sebab tubuh anda yang jadi penahan.
Pentingnya Komponen Ball Bearing di Reel Pancing
Spinning reel dilengkapi ball bearing atau Bushings yang ditempatkan dalam badan untuk kelancaran, dukungan dan stabilitas. Kebanyakan spinning reel juga berisi bantalan roll dalam roller line. Lebih banyak ball bearing maka putarannya akan lebih halus. Sealed stainless steel bearing lebih disukai dari pada bushing untuk tambahan ketahan dan kontrol)
Pilih reel dengan ball bearing paling banyak bila anda mampu. Minimal, dapatkan reel dengan setidaknya empat ball bearing. Tidak ada yang lebih buruk daripada memiliki reel yang tidak bekerja dengan baik, atau tidak halus pada waktu menggulung, jadi cobalah untuk tidak terlalu irit saat sampai ke bagian pembelian reel ini.
Anti-Reverse Handles Pada Reel Pancing
Anti-reverse handles adalah prasyarat ketika mencari spinning reel sempurna. Fungsi ini hanya berarti bahwa handle tidak akan berputar balik yang berarti bahwa set hook akan lebih kuat dan akurat karena kurangnya “main” di pegangan reel. Kalo masih ada putaran balik mendingan cari reel lainnya.
Spool Dalam Reel Pancing Anda
Spool pada spinning reel memainkan peran yang penting, tidak hanya untuk memegang senar, tetapi juga untuk jarak lemparan dan kehalusan. Kebanyakan spool saat ini ada di jenis aluminium anodized atau grafit; grafit akan menjadi lebih ringan dari dua bahan, meskipun spool aluminium akan menawarkan kekuatan yang lebih besar dan daya tahan.
Adapun jenis desain spool, ada dua gaya dasar : spool internal atau skirted spool. Spool internal adalah bagian dari masa lalu, meskipun beberapa produsen masih memiliki model yang tersedia untuk dijual; sederhana dalam desain, salah satu cacat adalah senar dapat menjadi tersangkut dalam housing reel tersebut. Variasi baru ini membantu dalam menghilangkan masalah tersebut.
Desain menarik lainnya adalah long cast spool. Banyak seperti namanya, spool ini lebih dangkal dari biasanya, tapi lebih panjang. Spool yang panjang mengurangi gesekan senar, sehingga meningkatkan jarak casting untuk pemancing.
Teknik Melontar Umpan
By Unknown at 08.06
No comments
Memahami cara melontar umpan adalah teknik dasar pertama yang sebaiknya dikuasai pemancing Ikan Mas. Umpan harus jatuh pada titik yang sama dengan titik yang telah diberi umpan penebar (bom). Semakin banyak umpan dilontarkan akan semakin baik titik lontaran (hotspot) yang sedang dibangun. Pemancing juga perlu tahu tempat-tempat potensial pada area pemancingan yang baik untuk dijadikan hotspot.
Kalau perlu latihan saja dulu cara melontar umpan yang benar di empang harian. Setelah mulai sedikit menguasai, bergabunglah dengan pemancing lain, lihat bagaimana pemancing lain melontar umpan. Dengan menguasai cara melontar umpan mancing Ikan Mas yang baik akan membuat titik binaan akan semakin potensial menghasilkan sambaran.
Untuk teknik dasarnya dapat dipelajari caranya di bawah ini:
Mula-mula atur pegangan tangan tepat pada gagang joran di mana ril duduk. Cara memegang joran dengan baik berguna pada saat nanti menggentak dan ketika menaklukkan ikan, tenaga tangan akan lebih mudah disalurkan secara optimal. Kesalahan memegang joran pada pegangan bagian pangkal ujung malah menjadikan beban tarikan semakin bertambah berat. Untuk lemparan yang dekat pemancing cukup mengayunkan umpan saja tanpa sabetan joran, kemudian arahkan umpan ke tempat yang di tuju teknik ini dinamakan under arm cast/ lontaran jarak dekat.
Cara melontar umpan jarak dekat (under arm cast):
· Buka bail arm tahan kenur dengan ujung telunjuk.
· Arahkan ke tempat yang dituju.
· Sambil tangan bergerak ke arah depan, lepaskan kenur yang ditahan ujung telunjuk dan lontarkan umpannya.
Teknik lontaran atas kepala (over head cast):
· Buka kawat pengaman ril (Bail Arm) dan tahan kenur dengan jari telunjuk.
· Pegang joran lurus ke depan searah badan, arahkan mata ke titik tempat jatuhnya umpan.
· Gerakkan joran dengan gerakan siku ke arah belakang sehingga umpan turut pula mengayun ke belakang.
· Bila saat itu masih ragu, gerakan joran kembali kedepan. Kembali ayunkan umpan ke belakang dengan menggerakkan joran lurus dengan kepala.
Saat umpan terayun ke belakang, lontarkan umpan bersamaan dengan arah balik ayunan umpan ke depan dengan gaya seperti menyabet dengan joran, jangan lupa melepas kenur yang tadi ditahan dengan jari.
Bila gerakan dilakukan secara benar maka siapapun pemancingnya tak akan kecewa dengan hasil lontaran, berlatihlah terus hingga dirasa telah cukup.
(Sumber : mancinginfo)
Teknik Pembenihan Ikan Koan
By Unknown at 07.21
No comments
Grass Carp (Ctenopharyngodon idella) atau lebih dikenal dengan ikan koan, berasal dari China bagian timur dan USSR. Ikan ini didatangkan ke Indonesia (Sumatera) pada tahun 1915. Pada tahun 1949 didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan. Ikan Grass Carp atau ikan Koan merupakan herbivora yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini memakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp., Salvinia, rumput-rumputan dan tumbuhan air lainnya, sehingga ikan jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali gulma air baik di kolam maupun diperairan umum.
BIOLOGI
Secara sistematis ikan grass carp termasuk dalam kelas Osteichthyes, ordo Cyprinipormes, famili Cyprinidae. Ciri-ciri fisik ikan ini adalah warna abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak kemilau, badan memanjang, kepala lebar dengan moncong bulat pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir.
Ikan grass carp dapat mencapai ukuran panjang maksimal 120cm dan bobot tubuh 20 kg. Induk ikan grass carp sudah dapat memijah pada umur 3 s/d 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg. Pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan.
PEMBENIHAN
Pemeliharaan Induk
Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3 kg/m2. Selain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan juga diberi pakan buatan berupa pellet sebanyak 1% dari berat total populasi dengan berat frekuensi pemberian sebanyak 2 kali per hari. Induk ikan grass carp dapat dipijahkan setelah berumur 1 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg.
Tanda-tanda Induk matang gonad :
Betina : Perut mulai bagian dada sampai ke arah pengeluaran menbesar, bila ditekan terasa lembek, lubang kelamin agak kemerahan dan agak menyembul keluar serta gerakan relatif lamban.
Jantan : Dibandingkan dengan betina bentuk badan relatif lebih langsing, sirip dada bagian atas kasar dan bila perut diurut kearah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih (sperma).
Pemijahan
Cara pemijahan ikan grass garp dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
· Induced breeding
Pemijahan secara ”Induced breeding” yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan hormon LHRH-a atau ovaprim™. Induk betina disuntik 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam, apabila menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis, tetapi apabila menggunakan ovaprim Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian. Induk jantan disuntik cukup sekali, menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis, bila menggunakan ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan bersamaan denganpenyuntikan kedua pada induk betina.
Kedua induk ikan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, setelah 6 jam dari penyuntikan pertama induki betina diperiksa kesiapan ovulasinya setiap 1 jam sekali, dengan cara diurut secara perlahan. Ikan yang akan memijah biasanya ditandai dengan saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin.
Setelah tanda-tanda tersebut, induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan stripping (pengurutan) yaitu dengan mengurut bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan di-stripping dan spermanya ditampung dalam wadah yang lain kemudian diencerkan dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9 %) atau cairan Sperma yang telah diencerkan dituangkan kedalam wadah telur secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih dan diaduk secara merata sehingga pembuahan berlangsung dengan baik. Untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa sperma, tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang, lakukan beberapa kali sampai bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih 1 jam sampai mengembangsecara maksimal.
· Induced spawning
Pemijahan secara Induced spawning perlakuannya sama seperti pemijahan Induced breeding, hanya setelah induk jantan dan betina disuntik, dimasukan kedalam bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami. Setelah memijah maka induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah yang berisi air serta diaerasi dan dibiarkan sampai mengembang secara maksimal
· Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan air dari bawah untuk memutar air yang berisi telur agar tidak menumpuk. Padat penebaran telur 10.000 butir/corong. Telur akan menetas dalam waktu 20-24 jam pada suhu 29°C.
Selain di dalam hapa corong penetasan dapat juga dilakukan di dalam akuarium (40 x 60 x 40) cm yang dilengkapi dengan aerasi. Padat tebar telur 5.000 butir/akuarium pada suhu 26 s/d 29°C, telur akan menetas dalam waktu 20-24 jam.
· Pemeliharaan Larva
Setelah menetas larva di pelihara dalam corong yang sama , namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas di buang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong 4 hari. Apabila telur ditetaskan dalam akuarium , setelah menetas larva bisa dipelihara di akuarium yang sama namun sebelumnya telur yang tidak menetas dan ¾ bagian air di buang dahulu dan diisi air yang baru. Larva yang sudah berumur 4 hari bisa langsung di tebar di kolam pendederan, atau di beri pakan alami berupa nauplii Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva dalam akuarium selama 10 hari, air harus di ganti setiap hari sebanyak 2/3
Pendederan
Pendederan Pertama
Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kelamir. Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.
Kolam kemudian dikapur dengan kapur tohor. Dosis pengapuran 50 s/d 100 gr/m2, caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian disebarkan secara merata keseluruh dasar kolam.
Pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam. Dosis pemupukan 500 gr/m2, kemudian diisi air setinggi 40 cm.Setelah 4 hari benih grass carp sudah dapat ditebarkan, sebaik waktu penebaran pada pagi hari atau sore hari. Padat penebaran 100 s/d 200 ekor/m2.
Pemeliharaan di kolam pendederan pertama selama 21 hari. Pakan tambahan di berikan setiap hari berupa pellet halus sebanyak 75 gr/1.000 ekor larva dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.
Pendederan Kedua
Persiapan kolam pada pendederan kedua dilakukan sama seperti pendederan pertama. Padat penebaran larva 50 s/d 100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 10 % dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari. Lama pemeliharaan pada pendederan kedua selama 28 hari.
PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang benih Grass Carp adalah parasit yaitu : Trichodina, Gyrodactylus, Glosatella, Scypidia, Chillodonella, yang biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang. Cara mengatasinya dengan pemberian formalin 25 ppm.
(Sumber : kkpgoid)
Cara Menggunakan Umpan Lumut
By Unknown at 07.02
No comments
Memancing dengan lumut umumnya dilakukan untuk menangkap ikan mujair atau ikan nila. Dua jenis ikan ini yang menjadi target sasaran pemancingan dengan umpan lumut, karena umpan ini adalah makanan alami dari ikan nila di alam liar. Jarang sekali ikan nila yang sudah diternakkan di kolam pancing mau makan umpan ini, mengingat kebiasaan makan mereka yang sudah berubah dari pakan alami menjadi pakan buatan yakni pelet. Penggunaan lumut sebagai umpan dipakai untuk memancing di danau dan waduk.
Lumut yang dipakai untuk memancing merupakan lumut sungai yang masih segar, karena lumut yang masih baru dan segar memiliki bau yang khas. Lumut ini dapat diperoleh di sungai-sungai yang berbatu-batu atau lumut yang berada di sawah. Lumut untuk pemancingan biasanya diambil yang masih hijau, segar dan sudah memiliki helai – helai (tandanya sudah cukup tua). Lumut yang dahulu gratis dan tersedia banyak di sawah sekarang bahkan dibudidayakan untuk melayani pemancing yang ingin mendapatkannya tanpa harus bersusah payah.
Lumut adalah tanaman yang tumbuh di tempat-tempat yang lembab. Lumut merupakan jenis makanan yang sangat disukai oleh ikan mujahir. Jenis lumutnya adalah lumut hijau. Lumut Hijau tumbuh di area persawahan, Sungai, dan kolam kolam. Kalau lumutnya tebal, banyak, kita tidak susah mengambilnya, tapi kalau lumutnya sedikit, berpencar-pencar, kita harus menggunakan seser penyaring untuk mengambilnya. Lalu, bagaimana caranya kita menempatkan lumut pada mata kail? Berikut petunjuknya…
1. Kail dirangkai bersusun 4-6 mata kail, dengan jarak +- 1 cm.
2. Tarulah lumut di dalam ember kecil atau mangkok yang berisi air.
3. Pegang Mata kail dan senarnya dengan kedua tangan, maksudnya, tangan yang satu memegang mata kail, yang satunya lagi memegang senar, celupkan ke dalam wadah lumut tadi, putar tangan yang memegang mata kail hingga lumut membelit senar.
4. Angkat tangan yang memegang senar dan lepas tangan yang memegang mata kail, geser lumut yang membelit senar hingga membetuk gumpalan di mata kail. atur besar kecilnya gumpalan sesuai keinginan kita.
5. Mata kail di lempar ke air pada 1 titik di ulang (ngebom) maka ikan akan datang dengan sendirinya.
Catatan:
Lumut jangan terkena sinar matahari langsung karena menyebabkan lumut bisa busuk.
Nah kita siap melempar pancing kita dengan mengguankan umpan lumut. Jangan lupa umpan lumut harus terapung di permukaan air, sehingga pancing kita harus menggunakan pelampung.
Nah kita siap melempar pancing kita dengan mengguankan umpan lumut. Jangan lupa umpan lumut harus terapung di permukaan air, sehingga pancing kita harus menggunakan pelampung.
Mancing Tawes
By Unknown at 05.35
No comments
Ikan tawes adalah salah satu ikan favorit bagi pemancing air tawar, karena ikan tawes memiliki daging yang kenyal dan sedikit lemak. Ikan ini merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau jawa, maka nama latinnya adalah Puntius Javanicus. Ikan tawes dalam habitat aslinya adalah ikan yang berkembang biak di sungai dan rawa–rawa dengan lokasi yang disukai adalah perairan dengan air yang jernih dan terdapat aliran air, mengingat ikan ini memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak oksigen. Jika ditempatkan dalam air yang miskin oksigen ia dengan mudahnya mati.
Mancing ikan tawes membutuhkan kesabaran luar biasa. Ikan ini sangat sensitif, dan sangat kuat tarikannya. Ikan Tawes adalah sejenis ikan permukaan yang sangat suka memburu benda-benda bergerak di permukaan air. Oleh sebab itu, untuk memancingnya sangat tidak disarankan menggunakan teknik dasaran.
Ikan tawes merupakan ikan liar, meski sekarang juga sudah dibudidayakan di kolam namun di beberapa tempat masih dapat ditemui keberadaannya. Di alam, ikan ini biasa didapatkan dengan alat tangkap jaring, ngesar, tuguk, jala dan alat tangkap trap yaitu sengkirai. Ukuran yang paling banyak tertangkap di perairan berkisar antara 50-200 gram dan biasa dikonsumsi dalam keadaan segar.
Kalau umpan Tawes menggunakan cacing merah, laron, kotoran gemak/puyuh, bungkil atau pelet yang diramu dan diberi essen tertentu sih itu sudah biasa. Yang paling asyik apabila kita menggunakan umpan jenis daun-daunan. Tarikan dan rasa hentakannya sunguh luar biasa. Daun-daunan yang paling banyak disukai oleh Tawes adalah rumput-rumputan, daun kacang panjang atau daun kacang hijau, lembayung muda, kangkung, bayam, daun rambatan, dan bisa juga menggunakan seuntai bulir padi.
Umpan Tawes: Rumput-rumputan
Apabila kita ingin menggunakan rumput-rumputan, cari rumput panjang (teki) yang ada ditengah sawah, pilih yang lunak, dan yang paling bagus adalah rumput yang tumbuh diantara tanaman kacang tanah. Pilih sebagian digunakan untuk Bom (rumpon pengundang gerombolan ikan Tawes), dan sebagian lainnya untuk umpan.
Cara memasang umpannya adalah:
· Pakai pelampung yang berbentuk panjang agar mudah dilempar, pilih senar yang lembut ukuran 10-15 lbs,
· Gunakan timah lempengan agar bisa ditempelkan di atas rangkaian pancing.
· Gunakan pancing yang kecil, maksimal ukuran 4-6.
· Pakailah rangkaian pancing tunggal.
· Pasang rumput dengan cara dijepit dengan timah yang sudah ditempelkan pada senar di atas rangkaian pancing, kemudian lilit dengan sisa senar di atas pancing, dan terakhir, pancing ditancapkan di ujung rumput. Dikira-kira penempatannya, jangan terlalu keujung, tetapi juga jangan terlalu ke tengah.
· Setelah terangkai dengan baik, Lemparkan pancing ke arah bom.
· Tunggu dan sekalian berdoa yang banyak agar ikan segera memakan umpan.
Umpan Tawes : Daun-Daunan
Triknya mirip dengan menggunakan umpan tawes rumput-rumputan, tetapi pemasangan umpannya tidak serumit apabila menggunakan rumput. Cukup daunnya dikaitkan ke pancing, dan tinggal lempar ke sasaran (bom). Apabila menggunakan daun-daunan, sebaiknya rangkaian timah agak diperberat agar mudah untuk melemparkan ke sasaran.
Umpan Tawes : Padi
Kalau menggunakan umpan tawes dengan padi, pemasangannya mirip dengan cara memasang umpan rumput. Keuntungannya karena lebih berat sehingga melemparnya menjadi lebih mudah. Sedangkan padi yang dipilih, harusnya yang sudah berisi, tetapi tidak terlalu tua, karena mudah putus ketika akan dipasang. Pilih untaian padi yang penuh, dan tidak terlalu panjang.
(Berbagai sumber)
Getaran, Warna, Bau dan Aroma Umpan
By Unknown at 05.25
No comments
Ada beberapa ikan yang buta warna alias melihat sesuatu yang hitam, putih, dan kelabu. Lantas apa gunanya warna pada umpan terutama umpan mancing laut yang umpan buatannya berwarna-warni?
Sebenarnya warna umpan tadi bila dikonversi ke mata ikan akan menghasilkan pendar warna kelabu yg berbeda. Kalau dipersempit ke ikan mas galatama mungkin dipercaya warna umpan yg dipakai apakah merah, hijau, atau coklat kebetulan disukai ikan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang umpan terutama ikan galatama.
Getaran
Getaran (kita menyebutnya suara) terjadi pada saat umpan dijatuhkan, ini menjadi daya tarik utama ikan yang lapar. Tentunya tidak berlaku pada ikan mas liar (pd habitat alami), ikan mas besar/ikan mas yang ada dekat lapak karena getaran yg berlebihan malah akan membuat lari ikan tersebut.
Warna umpan
Warna seperti disebut diatas yang dipercaya sebagai warna makanan yang biasanya dimakan. Pemilihan warna umpan akan berbeda tidak saja dari empang satu ke empang yang lain bahkan pada satu empang galatama dengan lapak yang berbeda.
Untuk memilih warna umpan, tentunya disesuaikan dengan karakteristik empang tempat mancing. Untuk empang yang telah biasa dikunjungi tentu mudah menentukan warna umpan yang sesuai tetapi bila empang itu baru saja atau belum lama kita bertanding di situ.
Bau atau Aroma
Aroma yang disukai ikan mas galatama dapat bermacam-macam. Banyak faktor yang mempengaruhi kita dalam memilih aroma umpan. Bila anda sering mancing hanya di satu empang galatama saja, nantinya anda akan hapal ikan yang mana yang memakan umpan tersebut.
Umpan yang bagus berbeda disetiap tempat untuk empang yang kondisi airnya bagus berwarna kecoklatan. Umpan berbahan dasar ubi lebih baik, bila airnya berwarna kehijauan. Umpan berbahan dasar pelet biasanya akan lebih baik, untuk empang biasa pelet yang diaduk dengan tuna kaleng sudah cukup memadai.
Bila siang hari ikan berhenti makan, hal ini sudah umum artinya bukan karena ikan tidak mau memakan umpan melainkan ikan sedang dalam keadaan kenyang dan panas mentari yang mengurangi kadar oksigen dalam air. Ikan mas cenderung makan terus alias galak terutama pagi hari saat lomba dimulai dan sore hari saat terik mulai menurun. Kecenderungan makan ikan mas sangat dipengaruhi kondisi air dan cuaca. Saat hujan pun ikan mas cenderung galak apalagi jika saat hujan berhenti diikuti keluarnya mentari yang kembali menghangatkan air.
(sumber : umpan mancing)
Mancing Udang Galah
By Unknown at 05.13
No comments
Udang memiliki anatomi yang berbeda dengan ikan, oleh karena itu cara memancing udang galah pun juga berbeda dengan memancing ikan pada umumnya. Ketelitian sangat diperlukan dalam memancing udang galah ini. Sebenarnya penggemar mancing udang sangat banyak di indonesia, hanya saja mereka tidak terexpose oleh media-media. Sehingga informasi tentang mancing udang ini tidak sepopuler mancing ikan. Tapi hal ini tidak mempengaruhi bagi mereka yang gemar memancing udang.
Peralatan Mancing
1. Gunakan joran Antena atau Sambung Dua yang halus dan lentur pada bagian ujungnya agar lebih
sensitif dan juga memiliki cincin atau ring yang kecil. Panjang joran antara 1.3 – 1.8 m
2. Reel spinning untuk kolam ukuran 2-8 lbs
3. Line Monofilament ukuran 1-2 lbs pada mainline dan 2-8 lbs untuk leader
4. Gunakan kail khusus untuk udang atau circle hook tanpa kait (barbless)
5. Timah dengan bentuk telur atau lonjong dilengkapi dengan stopper. Timah juga jangan terlalu berat yang penting tidak terbawa oleh arus.
1. Gunakan joran Antena atau Sambung Dua yang halus dan lentur pada bagian ujungnya agar lebih
sensitif dan juga memiliki cincin atau ring yang kecil. Panjang joran antara 1.3 – 1.8 m
2. Reel spinning untuk kolam ukuran 2-8 lbs
3. Line Monofilament ukuran 1-2 lbs pada mainline dan 2-8 lbs untuk leader
4. Gunakan kail khusus untuk udang atau circle hook tanpa kait (barbless)
5. Timah dengan bentuk telur atau lonjong dilengkapi dengan stopper. Timah juga jangan terlalu berat yang penting tidak terbawa oleh arus.
Umpan
Umpan yang digunakan untuk mancing udang galah biasanya cacing tanah, cacing susu, cacing
bakau, bahkan anak udang. Sementara untuk chumming digunakan kelapa bakar yang dipecah-pecah.
Umpan yang digunakan untuk mancing udang galah biasanya cacing tanah, cacing susu, cacing
bakau, bahkan anak udang. Sementara untuk chumming digunakan kelapa bakar yang dipecah-pecah.
Spot Udang Galah
Pada saat air pasang dan curah hujan tinggi adalah waktu yang harus dihindari untuk mancing
udang, Karena sangat sulit untuk mendapatkan udang pada waktu itu. Udang akan sangat agresif
untuk dipancing pada waktu malam hari. Tempat favorit bagi udang biasanya diantara kayu
log/glondongan yang terendam di sungai, selain itu udang juga sering bermain dibagian dasar
sungai.
Pada saat air pasang dan curah hujan tinggi adalah waktu yang harus dihindari untuk mancing
udang, Karena sangat sulit untuk mendapatkan udang pada waktu itu. Udang akan sangat agresif
untuk dipancing pada waktu malam hari. Tempat favorit bagi udang biasanya diantara kayu
log/glondongan yang terendam di sungai, selain itu udang juga sering bermain dibagian dasar
sungai.
Memancing udang galah harus sabar, lembut dan penuh perasaan. Pada saat umpan dimakan oleh
udang, joran akan melengkung, yang perlu kita lakukan tahan saja jangan digentak karena akan
membuat mulut udang robek. Angkat joran pelan-pelan sambil menggulung reel pelan-pelan dengan
posisi ujung joran diatas udang sehingga line tegak lurus dengan permukaan air. Udang biasanya
jika terkena pancing akan mundur kebelakang dan membengkokan tubuhnya, jika digentak atau
ditarik terlalu kencang akan membuat mulutnya sobek terkena kail.
membuat mulut udang robek. Angkat joran pelan-pelan sambil menggulung reel pelan-pelan dengan
posisi ujung joran diatas udang sehingga line tegak lurus dengan permukaan air. Udang biasanya
jika terkena pancing akan mundur kebelakang dan membengkokan tubuhnya, jika digentak atau
ditarik terlalu kencang akan membuat mulutnya sobek terkena kail.
Pada saat udang berhasil dinaikan keatas jangan pernah menyentuh atau memegang ekor udang
karena terdapat semacam sungut yang cukup tajam serta di kepala udang terdapat tanduk yang
bergerigi yang cukup sakit jika tertancap di jari. Sementara capitnya tidak terlalu berbahaya
asal tidak terkena ujung capitnya saja.
karena terdapat semacam sungut yang cukup tajam serta di kepala udang terdapat tanduk yang
bergerigi yang cukup sakit jika tertancap di jari. Sementara capitnya tidak terlalu berbahaya
asal tidak terkena ujung capitnya saja.
(sumber : IFT)
Memancing di Malam Hari
By Unknown at 05.03
No comments
Mancing di waktu malam ternyata tidak kalah mengasyikan dengan mancing di siang hari. Walaupun memang mancing di malam hari membutuhkan konsentrasi yang lebih banyak karena suasana yang gelap. Selain suasana yang tenang yang bisa kita dapatkan dan yang pasti jauh dari rasa panas matahari.
Berikut ini ada beberapa peralatan yang bisa memudahkan kita untuk mancing di malam hari.
1. Chemical Light Snap
Alat ini biasanya dipasang di ujung pelampung sehingga kita bisa melihat dalam kegelapan saat pelampung bergerak tanda umpan sedang dimakan ikan. Alat ini berbentuk stik kecil dan berisi cairan yang dapat menyala jika dipatahkan. Cairan ini bisa bertahan hingga 5-7 jam sehingga cukup untuk digunakan di malam hari saat anda memancing.
2. Bel kecil/Klinthingan (Jawa)
biasanya diletakkan pada ujung joran atau stick yang gunanya sebagai indikator bunyi kalau ikan memakan umpan kita. Cara memancing ini biasanya dikenal dengan cara memancing jegog- an. Umpan pancing yang sudah dikuatkan dengan tepung atau dengan telur dipadatkan serta di beri mata pancing dengan jumlah yang cukup banyak sehingga ikan susah membedakan mana umpan mana pancing. Penggunaan mata pancing yang banyak membuat pemancingan menjadi lebih sukses.
3. Lampu penerangan
Ada banyak cara yang dilakukan pemancing untuk mancing di malam hari, gelap tidak akan jadi penghalang untuk mancing karena sebagian dari mereka sudah menyiapkan penerangan mulai dari lampu templok, petromaks bahkan ada juga yang menggunakan genset mini sebagai sumber penerangan.
Udara malam terkadang bisa sangat dingin untuk itu sebaiknya anda membawa perlengkapan diri seperti jaket, sepatu boot dan baju hangat agar terhindar dari udara dingin. Untuk menambah kehangatan dan keakraban bersama teman-teman saat mancing, bawa juga termos yang berisi kopi panas dan makanan ringan, mancing akan terasa jadi lebih asyik tentunya.
Memancing di malam hari memang bisa menyenangkan jika anda membawa perlengkapan yang lengkap, meskipun lebih repot kemungkinan memancing ikan di malam hari juga menjanjikan.
(sumber : Pemancing)
Ikan Air Tawar Yang Sering Terpancing
By Unknown at 04.54
No comments
Ikan air tawar sangat beragam jenisnya, beberapa diantaranya termasuk ke dalam golongan ikan kosmopolit. Ikan kosmopolit merupakan ikan yang keberadaannya melimpah di hampir semua tipe habitat perairan sehingga ada di mana-mana. Lawannya adalah ikan endemik (ikan yang hanya ada pada daerah tertentu), misalnya Rainbow Irian (iriantherina werneri) hanya ada di Papua, tidak ada di tempat lain atau Wader Buta (puntius microps) hanya ada di sungai bergua-gua di Sungai Opak, Oyo dan Progo di Jawa Tengah dan Yogya (tapi sayang sudah punah).
Berikut ini beberapa ikan yang termasuk ke dalam golongan ikan kosmopolit karena merupakan ikan air tawar yang sangat sering terpancing oleh para pemancing air tawar maupun nelayan baik di sungai, rawa, ataupun danau. Diantaranya:
Ikan Gabus (Channa Striata)
· Tersebar : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan di introduksi ke Sulawesi. Nama dearah, gabus, kutuk, deleg, bado, bace, sepungkat, haruan, bakok, pior, ruting, dan ruang. Besar maksimal 4 kg.
· Biologi : Ikan permukaan, pemakan ikan, segala musim, dipancing siang malam.
· Rekor IGFA : 3 kg oleh J.F.Hellias (Perancis) di Sungai Pekree, Thailand, Februari 2001.
· Umpan : Flies, minnow, cacing, katak, jangkrik dan ikan-ikan kecil.
Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
· Tersebar : Ikan yang kosmopolit adalah lele dumbo asli Afrika Selatan tapi kosmopolit di Indonesia. Besar maksimal 60 kg.
· Biologi : Ikan dasar, pemakan ikan, segala musim, dipancing siang dan malam.
· Rekor IGFA : 36 kg oleh Henni Molle (Afsel) di Sungai Orange, Afsel, 1992
· Umpan : Udang, ikan-ikan kecil dan pelet.
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
· Tersebar : Kosmopolit se Indonesia. Nama daerah nila, di Yogya disebut kakap gunung, padahal tak ada hubungan dengan kakap laut. Besar maksimal 6,5 kg.
· Biologi : Semua masa air, pemakan segala, segala musim, dipancing siang malam.
· Rekor IGFA : 6,1 kg oleh Karel Van Poryen asal Afsel di Zimbabwe, Juli 2002.
· Umpan : Cacing, pelet dan lumut.
Ikan Mujair (Oreochromis Mossambicus)
· Tersebar : Kosmopolit se Indonesia. Besar maksimal 4,5 kg
· Biologi : Semua masa air, pemakan segala, segala musim, dipancing siang malam.
· Rekor IGFA : 3,11 kg oleh Eugene.C.Krugger di Afrika Selatan, tahun 2003
· Umpan : Cacing, pelet dan lumut.
Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata)
· Tersebar : Kosmopolit se Indonesia. Nama daerah, bodo, males, beluru, batutu, bakutu dan kembo. Besar maksimal 5 kg.
· Biologi : Ikan dasar, pemakan segala, segala musim, dipancing siang dan malam.
· Umpan : Cacing, cere, jangkrik , pelet udang dan ikan-ikan kecil.
Ikan Baung (Mystus Nemurus)
· Tersebar : Kosmopolit se Indonesia kecuali Sulawesi dan Papua. Nama daerah, blukang, sogo, baung, jendil, gesso, baceman dan juaro. Besar maksimal 70 cm / 5-6 kg.
· Biologi : Ikan dasar, pemakan segala, musim hujan dominan dan dipancing malam lebih mudah.
· Umpan : Usus ayam, ikan kecil, udang, pelet dan cacing.
Ikan Patin (Pangasius sp)
· Tersebar : Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Nama daerahnya jambal, patin dan pangasisus. Besar maksimal jambal di Wonogiri pernah terjaring 25 kg.
· Biologi : Ikan dasar, pemakan segala, musim hujan dominan, dipancing malam lebih dominan.
· Rekor IGFA : Pangasius Hypothalamus 17 kg oleh Leonardo Kuoba, di Danau Bung Samlan, Thailand, April 2000, dan Pangasiodon Gigas, 75 kg oleh Sandy Weed USA, di Danau Bung Samlan, Thailand, September 2000
· Umpan : Pisang biji, buah sawit, usus ayam, ikan kecil, udang, pelet dan cacing.
Ikan Toman (Channa Micropeltes)
· Tersebar : Pulau Jawa bagian barat, Sumatera dan Kalimantan. Nama daerahnya tahuman, tauman, toman dan tobang. Besar maksimal 30 kg.
· Biologi : Ikan permukaan, pemakan ikan, segala musim, dipancing malam siang.
· Rekor IGFA : 10 kg oleh Christopher G.Tan (Malaysia) di Denkil, Malaysia.
· Umpan : Ikan kecil, udang, cacing, katak dan umpan tiruan dengan cara kasting.
Ikan Belida (Chitala sp)
· Tersebar : Jawa bagian barat, Sumatera dan Kalimantan. Nama daerah, pipih, blido dan belida. Besar maksimal 5-20 kg tergantung jenis. Kini belida menyusut populasinya dan termasuk dilindungi. Bila mania mendapatnya saat mancing, sebaiknya dilepas dan diharapkan bisa berkembang biak di alam.
· Biologi : Ikan dasar, pemakan ikan, musim hujan dominan, dipancing malam lebih dominan.
· Rekor IGFA : – Chitala-chitala : 5,78 kg oleh Pat Faralloliti, Okt 2004, di Danau Eden Delray USA. - Chitala Lopis : 20 kg oleh J.F Helias, April 2006 di Dam Srinakarim, Thailand. - Chitala Ornata : 8 kg oleh Terry Robert Mathew, Feb 2006, di Dam Srinakarin, Thailand.
· Umpan : Usus ayam, ikan kecil, udang dan cacing.
Ikan Sapu-Sapu (Hypostomus Plecostomus)
· Tersebar : Asli Sungai Amazone, melimpah di Pulau Jawa. Nama daerah, Sakarmut, sapu-sapu, dan ikan pembersih kaca. Besar maksimal <50 cm.
· Biologi : Ikan dasar, pemakan segala, musim apapun, siang dan malam. Walau termasuk “ecek-ecek” bisa mengklaim di rekor bila sudah melalui rekor IGFA
· Rekor IGFA : 1,2 kg oleh Dirk.A.Mueller (USA) di Danau Bung SamLan, Thailand, Juli 2003.
· Umpan : Usus ayam, ikan kecil, udang, pelet dan cacing.
Ikan Gurami (Osphronemous Gourami)
· Tersebar : Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Nama daerah, kalui, gurameh dan gurami. Besar maksimal 8 kg.
· Biologi : Ikan permukaan, pemakan tumbuhan dan segala musim, siang dipancing lebih dominan.
· Rekor IGFA :5,60 kg oleh Nutapol Wangwongvirat (Thailand) di Danau Bung SamLan, Oktober 2004, di Thailand.
· Umpan : Pisang biji, buah sawit, usus ayam, ikan kecil, udang, pelet dan cacing.
Ikan Bawal (Collosoma sp)
· Tersebar : Asli Brasil, berkembang luas di Indonesia. Besar maksimal panjang 1 meter / 30 kg. Lebih banyak populasinya di kolam pancingan daripada di alam. Sesekali terpancing di sungai, danau atau waduk.
· Biologi : Ikan semua masa air, pemakan segala, musim apapun, dipancing siang lebih dominan.
· Rekor IGFA : 9,58 kg oleh Ken Bohling di Sungai Parana(Argentina), Jan.1993.
· Umpan : Usus ayam, ikan kecil, udang, pelet, cacing, serta umpan tiruan.
Ikan Betik (Anabas Testudineus)
· Tersebar : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Nama daerah, betik, papuyu, bato, betok, harfan, puyu, puyo-puyo, geteh, oseng, kusa, kusong, hoseng dan useng. Besar maksimal 30 cm.
· Biologi : Semua masa air, omnivora, segala musim, siang hari lebih dominan. Merupakan ikan khas rawa dan sungai yang menggenang.
· Umpan : Cacing, ikan kecil, udang, pelet, cere, serangga dan jangkrik.
Ikan Sili (Mastamcembelus Macrognatus)
· Tersebar : Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Nama daerah, silli, sisili, deler, beros, silih, kesili, lengeo dan tilan. Besar maksimal panjang 40-50 cm.
· Biologi : Hidup di dasar sungai banjir, omnivora, musim hujan, siang dan malam sama baik untuk memancingnya. Melimpah di sungai yang banjir (kecoklatan).
· Umpan : cacing, ikan kecil dan udang.
Ikan Keting (Mystus Nigriceps)
· Tersebar : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Nama daerahnya ndaringan, keting, senggiringan, sengat, kelibere, ririgi dan lundu. Besar maksimal 20 cm.
· Biologi : Hidup di dasar air, omnivora, melimpah musim hujan, siang dan malam sama dominannya. Melimpah di sungai yang banjir dan muara saat penghujan.
· Umpan : Cacing, katak, ikan kecil dan udang.
Budidaya Ikan Gurami
By Unknown at 04.09
No comments
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
Strain gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada penetapan strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu. Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun.
Strain gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada penetapan strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu. Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun.
SYARAT LOKASI USAHA
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
1. Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl
2. Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
3. Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
4. Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
5. Temparatur optimum 25-30oC
6. Kandungan oksigen dalam > 2 ppm, Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam.
TAHAPAN BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami dapat dibagi dkedalam beberapa tahapan berikut
1. Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
2. Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
3. Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
4. Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
5. Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
1. Tahap pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
2. Tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam 5 tahap sebagai berikut :
3.Tahap pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada pula yang membagi tahapan pendederan dalam 3 tahapan saja berat 1 gram hingga mencapai berat 20-25 gram.
Alasan membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut diatas adalah :
1. Membudidayakan ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
2. Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi
3. Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh
4.Dengan demikian maka pembagian tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
-Mempersingkat masa panen
-Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
-Menurunkan resiko kegagalan panen
Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan gurami.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
1. Pengolahan lahan
2. Pengairan
3. Pemupukan/pemberian pakan
4. Penyediaan benih atau induk yang unggul
5. Pencegahan hama dan penyakit
6. Panen
7. Perbaikan manajemen usaha tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar. Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.
Budidaya ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren dan kowean (sering pula disebut kemalir dan kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurami.
Persiapan kolam
Tahap persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun pembesaran prinsipnya hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan yang diberikan serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan pengolahan lahan pada setiap tahap sama.
a. Pembuatan kolam
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45°C. Untuk membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi tanggul sehingga merupakan kolam kecil di dalam kolam (Lihat skema 4.2.). Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowean saat panen
Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti Fitoplankton, Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama 11 s.d 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu pemasukan air sebaiknya ditanami ganggang Hydrilla verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari makan benih ikan gurami.
Pendederan
a. Penebaran benih
Sebelum benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih dahulu dilakukan pemilihan benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu diperhatikan antara lain :
• Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
• Warna sisik tidak terlalu hitam
• Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
• Tubuh tidak kaku
• Ukuran seragam
Penebaran benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi air sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
Jenis pakan dan Tahap Tinggi Air
D1
30-40 cm
40-60 ekor
Pakan alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
D2
40-50 cm
30-40 ekor
Tepung ikan, bungkil atau pelet remah
D3
50-60 cm
20-30 ekor
Pelet remah/pelet kecil
D4
60-80 cm
± 20 ekor
Pelet atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
D5
80-100 cm
± 20 ekor
Pelet dan atau daun-daunan Kebutuhan pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal. Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat ikan.
Pemanenan
Pemanenan
Pemanenan ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
• Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
• Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
• Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
• Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
• Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
• Setelah pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
Pembenihan
1). Pemeliharaan induk
Induk-induk disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar 75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5% dari berat populasi dan pakan diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan dapat diberikan berupa pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk dibatasi untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan sekitar 2-3 kg/ekor dan induk betina 2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia produktif (5 tahun) . Induk gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali karena jika lebih dari 10 kali memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya tetas telur menjadi larva), rendah dan mortalitas telur dan benih yang dihasilkan meningkat.
2). Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur) di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak kolam pemijahan. Luas kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih 20 m2 per pasang induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Untuk mengetahui apakah induk telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut :
Induk betina : Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung, Sisik -sisik agak terbuka
Induk jantan : Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul, Tingkahnya sangat agresif
Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan. Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor. Pemanenan dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap. Ikan Gurami Konsumsi, Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin. Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
• Penyakit pada kulit : Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
• Penyakit pada insang : Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
• Penyakit pada organ dalam : Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
• Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur.
Selain penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk 1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang mati dibuang.
KENDALA PRODUKSI
1. Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
2. Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit. Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air keluar.
3. Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya yang lebih baik.
(fotokita)